Laporan Praktikum Ekstraksi Pemisahan Asam Benzoat Dan Naftalena
www.hajarfisika.com
EKSTRAKSI : PEMISAHAN ASAM BENZOAT DAN NAFTALENA
I. Tujuan Percobaan
Memisahkan asam benzoat dan naftalena dengan metode ekstraksi
II. Dasar Teori
Ekstraksi ialah proses pemisahan menurut perbedaan kelarutan. Ekstraksi menyangkut distribusi suatu zat terlarut(solute) diantara dua fasa cair yang tidak saling bercampur. Teknik ekstraksi sangat mempunyai kegunaan untuk pemisahan secara cepat dan bersih, baik untuk zat organik ataupun anorganik, untuk analisis makro maupun mikro. Alat yang dipakai berupa corong pisah(paling sederhana), alat ekstraksi sokhlet, hingga yang paling rumit berupa alat counter current craig. Ekstraksi terbagi atas dua yaitu ekstraksi padat-cair(leaching) dan ekstraksi cair-cair(ekstraksi pelarut), ekstraksi padat-cair yaitu ketika materi ekstraksi dicampur dengan pelarut, maka pelarut menembus kapiler-kapiler dalam materi padat dan melarutkan ekstrak. Sedangkan ekstraksi cair-cair(ekstraksi pelarut) ialah proses pemindahan suatu komponen adonan cairan dari suatu larutan ke cairan yang lain(yaitu pelarutnya). Tiga metode dasar pada ekstraksi cair-cair ialah ekstraksi bertahap(batch), ekstraksi kontinue, dan ekstraksi counter current. Ekstraksi sedikit demi sedikit merupakan cara yang paling sederhana. Caranya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut semula kemudian dilakukan pengocokkan sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi zat yang akan diekstraksi pada kedua lapisan. Setelah ini tercapai, lapisan didiamkan dan dipisahkan. Metode ini sering dipakai untuk pemisahan analitik. Kesempurnaan ekstraksi tergantung pada banyaknya ekstraksi yang dilakukan. Hasil yang baik diperoleh jikalau jumlah ekstraksi yang dilakukan berulang kali dengan jumlah pelarut sedikit-sedikit(Sykes,1989).
Ekstraksi konvensional mempunyai kelemahan yaitu membutuhkan waktu yang usang dan suhu ekstraksi yang tinggi dengan hasil ekstrak rendah namun konsumsi energi tinggi sehingga diharapkan metode alternatif untuk mengekstrak karotenoid. Salah satu metode ekstraksi yang sanggup dipakai untuk mengekstrak karotenoid ialah metode gelombang ultrasonik. Ultrasonik merupakan metode ekstraksi non termal yang efektif dan efisien. Efek mekanik dari gelombang ultrasonik yang ditimbulkan akan meningkatkan penetrasi dari cairan menuju dinding membran sel, mendukung pelepasan komponen sel dan meningkatkan transfer massa. Parameter terpenting dalam suatu ekstraksi diantaranya ialah jenis pelarut dan usang ekstraksi(Casas et al,2017).
Meserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak digunakan. Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala industri. Metode ini dilakukan dengan memasukkan serbuk tumbuhan dan pelarut yang sesuai ke dalam wadah inert yang tertutup rapat pada suhu kamar. Proses ekstraksi tidak boleh ketika tercapai kesetimbangan antara senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan. Kerugian utama dari metode meserasi ini ialah memakan banyak waktu, pelarut yang dipakai cukup banyak, dan besar kemungkinan beberapa senyawa hilang. Selain itu, beberapa senyawa mungkin saja sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun disisi lain, metode maserasi sanggup menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang bersifat termolabil(Hena et al,2009).
Asam karboksilat biasanya merupakan asam berpengaruh yang sanggup dideprotonisasi oleh larutan jenuh natrium bikarbonat yang relatif basa lemah. Kebalikannya, fenol membutuhkan larutan basa berpengaruh ibarat natrium hidroksida untuk dideprotonisasi. Asam klorida umumnya dipakai untuk memprotonasi amina. Bentuk ion dari asam dan basa organik sanggup ditentukan memakai prinsip kelarutan. Ketika asam ditambahkan ke dalam larutan yang mengandung garam dari asam organik terdeprotonasi, maka asam organik akan terprotonasi kembali. Bentuk ini tidak sanggup larut dalam air dan terpresipitasi dari larutan sebagai padatan yang sanggup dikumpulkan memakai penyaring vakum atau penyaring biasa. Begitu juga dengan garam dari amina terprotonasi sanggup dideprotonasi dengan penambahan basa, sehingga akan terpresipitasi dari larutan dalam bentuk padatan dan sanggup disaring dengan penyaring vakum atau penyaring biasa. Pada pemisahan adonan yang mengandung asam benzoat, 4-kloroanilin dan napthelene, maka 4-kloroanilin sanggup dipisahkan dengan ekstraksi memakai asam klorida dan asam benzoat sanggup dipisahkan dengan ekstraksi memakai asam natrium bikarbonat atau natrium hidroksida. Selanjutnya untuk mengekstrak asam ke dalam larutan sanggup dipakai natrium hidroksida(Khopkar,1990).
Zat terlarut akan dipakai pada kedua solvent sehingga perbandingan konsentrasi pada kedua solvent tersebut tetap untuk tekanan dan suhu yang tetap. Ekstraksi pelarut terutama digunakan, bila pemisahan adonan dengan cara destilasi mustahil dilakukan(misalnya alasannya pembentukan aseotrop atau alasannya kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif materi ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna mungkin(Wong et al,2014).
Ekstraksi sanggup dipakai untuk memisahkan solute dalam pelarut A dengan memakai pelarut B. Pada ketika penambahan pelarut , solute akan membagi diri antara 2 pelarut yang tak saling campur tersebut. Pada ketika kesetimbangan terdapat relasi antara konsentrasi solute dalam 2 pelarut tersebut. Hal ini sesuai dengan Hukum Distribusi yang dinyatakan oleh Nerst dan dirumuskan sebagai :
KD = CA/CB ..........(1)
dimana KD adalah tetapan distribusi dan CA serta CB adalah konsentrasi solute, masing-masing dalam solvent A dan B. Harga ketetapan kesetimbangan distribusi yang khas untuk masing-masing zat. Dan satu hal yang penting untuk diingat bahwa Hukum Distribusi tersebut hanya sanggup diterapkan pada zat-zat yang tak mengalami disosiasi dan asosiasi serta tidak bereaksi dengan solvent. Proses ekstraksi dilakukan secara berulang kali akan menawarkan tingkat efisien yang lebih tinggi daripada ekstraksi satu kali, meskipun volume yang dipakai dalam pelarut sama(Cairns,2004)III. Metodologi Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
a. Erlenmeyer (1 buah)
b. Gelas beker (1 buah)
c. Corong pisah (1 buah)
d. Pipet tetes (1 buah)
e. Es watu (secukupnya)
f. Larutan HCl pekat (3 ml)
g. Asam benzoat (3 gram)
h. Naftalena (3 gram)
i. Dietil eter (30 ml)
j. Akuades (15 ml)
k. NaOH 1,5M (10 ml)
l. NaCl jenuh (15 ml)
m. Kertas indikator alkaloid (1 buah)
3.2 Gambar Alat
-
3.3 Cara Kerja
IV. Data dan Analisa
4.1 Data Percobaan4.2 Analisa Data
Tujuan dari percobaan ini ialah untuk memisahkan asam benzoat dan naftalena dengan metode ekstraksi. Ekstraksi yang dipakai pada percobaan ini ialah ekstraksi cair-cair yang mana pelarut tidak boleh larut dalam materi ekstraksi, pelarut yang dipakai ialah air. Hal inia biar kedua fase sanggup dengan gampang dipisahkan kembali sehabis pencampuran.
Pada percobaan ini asam benzoat berfungsi sebagai reagen utama atau pereaksi utama dalam adonan yang mempunyai sifat asam. Apabila asam benzoat ditambahkan suatu basa, maka akan membentuk garam yang larut dalam air. Fungsi penambahan naftalena ialah sebagai reagen utama dalam adonan yang bersifat netral, yang tidak reaktif terhadap asam maupun basa, sehingga naftalena akan larut dalam pelarut organik hingga selesai ekstraksi. Fungsi dietil eter ialah sebagai pelarut organik nonpolar, dietil eter dipakai sebagai pembilas sisa-sisa larutan alasannya senyawa polar akan larut pada pelarut nonpolar. Fungsi NaOH yaitu sebagai reagen dalam adonan yang mempunyai sifat basa. Fungsi penambahan HCl ialah biar reaksi yang telah dititrasi oleh basa sanggup dinetralkan kembali oleh HCl melalui uji pH larutan. Fungsi penambahan NaCl dipakai untuk mengikat suasana asam yang mungkin masih terdapat pada larutan organik. Fungsi penambahan Na2SO4 adalah untuk mengikat air pada adonan eter sehingga fasa organik bebas dari air dan mencegah terjadinya penguapan. Fungsi peredaman atau pendinginan memakai es watu ialah rekristalisasi pada larutan dietil-eter biar memperoleh kembali produk ekstraksi.
Prinsip dasar dari percobaan ini ialah memakai prinsip kelarutan suatu zat, yang mana suatu senyawa kurang larut terhadap pelarut yang satu tetapi sangat larut dengan pelarut lain. Biasanya air dipakai sebagai pelarut polar, pelarut lainnya ialah pelarut yang tidak bercampur dengan air. Syarat pelarut ini ialah mempunyai titik didih yang jauh lebih rendah dari senyawa tereksitasi dan tidak mengubah karakteristiknya. Reaksi yang terjadi pada percobaan ini ialah :
C6H5COOH(aq) + NaOH(aq) -----> C6H5COONa(aq) + H2O(l) [pada flask B]
C6H5COONa(aq) + HCl(aq) -----> C6H5COOH(aq) + NaCl(l) [pada flask A]
Tabel 1 dan tabel 2 didapatkan bahwa larutan dietil eter dan akuades tidak sanggup bercampur alasannya perbedaan kedua polaritas zat tersebut dan akuades berada pada lapisan bawah alasannya massa jenisnya yang lebih besar daripada dietil eter. Tabel 3 pada flask A didapatkan kembali hasil asam benzoat ibarat awal tetapi dengan massa yang kurang dari 3 gram alasannya terjadi proses ibarat pemanasan, penguapan, dan pendinginan. Tabel 4 pada flask B diperoleh dietil eter dan naftalena alasannya naftalena bersifat netral sehingga larut bersama pelarut organik(dietil eter) hingga selesai ekstraksi.
V. Kesimpulan
Pemisahan suatu senyawa cair-cair sanggup dipisahkan dengan cara ekstraksi. Naftalena bersifat netral sehingga tidak bereaksi dengan asam(asam benzoat) atau basa yang mana naftalena terdapat pada pelarut organik yaitu berjulukan dietil eter(flask B) alasannya tidak bereaksi dengan apapun. Sementara itu asam benzoat terdapat pada flas A yang berbentuk padatan kristal putihV. Kesimpulan
VI. Daftar Pustaka
Cairns, Donald.2004. Intisari Kimia Farmasi. Jakarta : Erlangga.
Casas, L ; Mantell.C ; Rodriguez.M.2007. Extraction Of Natural Compounds With Biological Activity From Sunflower Leaves Using Supercritical Carbon Dioxide. Chemical Engineering Journal. Vol 3(2) : 301-306.
Hena, S ; Lim.H.K ; Anees.A.2009. Extraction, Separation, and Identification Of Chemical Ingredients Of Elephantopus Scaber L Using Factorial Design Of Experiment. International Journal Of Chemistry. Vol 1(1) : 81.
Khopkar.1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.
Sykes, Peter.1989. Penuntun Mekanisme Reaksi Kimia Organik. Jakarta : Gramedia.
Wong, Y ; Ahmad.M ; Nurdiyana.W.2014. Extraction Of Essential Oil From Cinnamon. Oriental Journal Of Chemistry. Vol 30(1) : 37-47.
VII. Bagian Pengesahan
-
VIII. Lampiran
Belum ada Komentar untuk "Laporan Praktikum Ekstraksi Pemisahan Asam Benzoat Dan Naftalena"
Posting Komentar