Artikel Terbaru

Laporan Praktikum Hasil Kali Kelarutan Ca(Oh)2

www.hajarfisika.com
Laporan Praktikum Hasil Kali Kelarutan Ca(OH)2



HASIL KALI KELARUTAN Ca(OH)2


I. Tujuan Percobaan
          Menentukan tetapan hasil kali kelarutan Ca[OH]2 dan kelarutan [Ca2+][OH]2 dalam air dan larutan NaOH


II. Dasar Teori
          Pengendapan terjadi bila suatu zat sukar larut dalam air atau larutan sudah lewat jenuh. Pada larutan jenuh terjadi keseimbangan antara ion-ion zat yang tidak larut. Zat padat yang sukar larut terus-menerus akan larut tetapi pada waktu yang bersamaan ion-ion pada larutan akan bereaksi kembali membentuk zat padat. Konstanta hasil kali kelarutan ialah hasil kali kosentrasi ion-ion dalam larutan jenuh, dipangkatkan masing-masing koefisien reaksinya. Ca(OH)2 merupakan larutan jenuh, ketika proses reaksi terjadi dengan laju reaksi yang sama sehingga terjadi reaksi kesetimbangan. Reaksi kesetimbangan Ca(OH)2 dalam air, Ca(OH)2 yang larut dalam air sangat kecil maka konsentrasi Ca(OH)2 dianggap tetap. Ca(OH)2 lebih kecil kelarutannya dalam HCl, lantaran didalam larutan ada ion-ioj yang berasal dari HCl(Jasjfi,1996).
          Ksp senyawa sanggup ditentukan dari percobaan laboratorium dengan mengukur kelarutan hingga keadaan sempurna jenuh. Dalam keadaan itu, kemampuan pelarut telah maksimum untuk melarutkan atau mengionkan zat terlarut. Kelebihan zat terlarut walaupun sedikit akan menjadi endapan. Larutan sempurna jenuh sanggup dibentuk dengan memasukkan zat ke dalam pelarut sehingga lewat jenuh. Endapan disaring dan ditimbang untuk menghitung massa yang terlarut. Larutan jenuh didefinisikan sebagai larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang diharapkan untuk adanya kesetimbangan antara zat terlarut yang larut dan tak larut. Pembentukan larutan jenuh sanggup dipercepat dengan pengadukan yang kuat dari zat terlarut yang berlebih. Banyaknya zat terlarut yang melarut dalam pelarut sehingga banyaknya tertentu, untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut kelarutan zat terlarut. Lazimnya kelarutan dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 cm3 atau 100 gram pelarut pada temperatur yang sudah ditentukan(Brady,1999).
          Suatu larutan lewat jenuh biasanya dibentuk dengan menciptakan larutan jenuh pada temperatur yang lebih tinggi. Menurut prinsip Le Chatelier, sistem paa keadaan setimbang menanggapi peningkatan salah satu pereaksinya dengan cara menggeser kesetimbangan dimana arah pereaksi tersebut dikonsumsi. Kelarutan senyawa ion yang sedikit larut semakin rendah kelarutannya dengan kehadiran senyawa lain yang memperlihatkan ion senama. Pengaruh ion senama yang ditambahkan dalam larutan jenuh ialah menurunkan kelarutan, sedangkan efek ion tak senama yang lebih dikenal dengan efek garam, cenderung meningkatkan kelarutan(Oxtoby,2001).
          Larutan jenuh suatu garam, yang juga mengandung garam tersebut yang tak larut, dengan berlebihan, merupakan suatu sistem kesetimbangan terhadap makna aturan acara massa sanggup diberlakukan. Misalnya, kalau endapan perak klorida ada dalam kesetimbangan dengan larutan jenuhnya, maka kesetimbangan yang berikut terjadi berdasarkan Svehla : 
AgCl(s) -----> Ag+(aq) + Cl-(aq) ..........(1)
ini merupakan kesetimbangan heterogen, lantaran AgCl ada dalam fase padat, sedangkan ion Ag+ dan Cl- ada dalam fase terlarut. Konsentrasi perak klorida dalam fase padat tak berubah, dan karenanya sanggup dimasukkan ke dalam suatu tetapan baru, Ksp, yang dinamakan hasil kali kelarutan berdasarkan Svehla :
Ksp = [Ag+][Cl-] ..........(2)
jadi dalam larutan jenu perak klorida, pada suhu konstan(dan tekanan konstan), hasil kali konsentrasi ion perak dan ion kloirda ialah konstan dengan konsentrasi ion pangkat dengan bilangan yang sama dengan jumlah masing-masing ion bersangkutan yang dihasilkan oleh disoasi dari satu molekul elektrolit. Prinsip ini mula-mula dinyatakan oleh W.Nerst pada tahun 1989(Svehla,1999).
           Apabila larutan jenuh sanggup dibentuk pada suhu tertentu lalu suhu diturunkan maka risikonya ialah pengendapan kelebihan zat terlarut dalam larutan. Tetapi dalam beberapa bencana semua zat terlarut tetap dalam keadaan larut. Karena kuantitas zat terlarut dalam hal ini lebih besar daripada larutan jenuh normal pada suhu tertentu, larutan demikian dinamakan larutan lewat jenuh. Jika Q ialah nilai hasil kali ion-ion yang terdapat dalam larutan, maka kesimpulan yang lebih umum mengenai pengendapan dasar larutan ialah : (Petrucci,1999).
(1) Pengendapan terjadi kalau Q > Ksp
(2) Pengendapan tak terjadi kalau Q < Ksp
(3) Larutan sempurna jenuh kalau Q = Ksp
          Suatu endapan umumnya lebih sanggup larut dalam air daripada dalam suatu larutan yang mengandung salah satu ion endapan. Pentingnya imbas ion sekutu dalam mengendapkan secara lengkap dalam analisis kuantitatif akan tampak dengan mudah. Dalam melakukan pengendapan, analisis menambahkan zat pengendap secara berlebihan untuk memastikan bahwa pengendapan itu lengkap. Dalam kehadiran ion sekutu yang sangat berlebih, kelarutan suatu endapan sanggup cukup lebih besar daripada nilai yang diramalkan oleh tetapan hasil kali kelarutan. Secara umum zat pengendap ditambahkan sekitar 10% berlebih(Day dan Underwood,1996).
          Kalsium Hidroksida Ca(OH)mempunyai kemampuan yang baik untuk menurunkan konsentrasi detergen yang relatif tinggi dengan presentase penurunan mencapai 81,92% hingga dengan 98,03%. Kondisi optimum penurunan konsentrasi detergen ini ialah pada dikala pengadukan dengan putaran 80 rpm selama 45 menit dengan penambahan Ca(OH)yang dibentuk dari CaO sebanyak 12 gram, yaitu sebesar 98,03%(Azhar and Atya,2012).
          Kata "pelarut" menyerupai yang diketahui ialah ambigu. Misalnya mempertimbangkan keseimbangan antara zat terlarut dalam larutan dan larutan pada murni. Dalam kondisi ini larutan jenuh berafiliasi dengan zat terlarut. Menurut aturan kelarutan ideal, kelarutan suatu zat ialah sama dalam semua pelarut dengan membentuk larutan ideal. Kelarutan suatu zat dalam larutan yang ideal bergantung pada sifat penyusunnya(Kumar dkk,2010).
          Dari analisis literatur, sanggup dikatakan bahwa mungkin alasan percobaan nilai Ksp atau pKsp sanggup dikaitkan dengan banyak sekali faktor : nilai mungkin berasal dari asumsi kesetimbangan larutan, efek kekuatan ion sering diabaikan atau neraca massa juga perbedaan spesies kimia yang dipilih untuk perhitungan. Harus juga diketahui bahwa ketidakpastian pKsp mempengaruhi konversi tingkat struvite, ini adalh poin penting untuk desain proses dan dihitung dalam studi(Hwang dkk,2003).


III. Metodologi Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
a. Gelas ukur (1 buah)
b. Batang pengaduk (2 buah)
c. Corong beling (1 buah)
d. Gelas beker (2 buah)
e. Pipet tetes (1 buah)
f. Timbangan (1 buah)
g. Erlenmeyer (3 buah)
h. Buret (1 buah)
i. Statif (1 buah)
j. Ca(OH)(1 gram)
k. NaOH 0,1M, 0,05M, 0,25M (20 ml)
l. HCl (40 ml)
m. Akuades (20 ml)
n. Indikator PP (2 tetes)


3.2 Gambar Alat
-


3.3 Cara Kerja

 Laporan Praktikum Hasil Kali Kelarutan Ca Laporan Praktikum Hasil Kali Kelarutan Ca(OH)2


IV. Data dan Analisa


4.2 Analisa Data
          Tujuan dari percobaan ini ialah untuk memilih tetapan hasil kali kelarutan(Ksp) Ca(OH)2 atau hasil kali konsentrasi ion-ion dalam larutan sempurna jenuh dipangkatkan koefisien reaksi dan kelarutan(solubility)[Ca2+], [OH-] dalam air dan larutan NaOH. Prinsip pada percobaan ini ialah dengan cara menambahkan larutan NaOH atau akuades dengan Ca(OH)2 padat yang diaduk hingga bercampur merata dengan larutan, lalu filtrat ditampung pada suatu wadah(erlenmeyer), indikator PP ditambahkan pada gabungan larutan tersebut biar larutan berubah warna menjadi pink, dan dinetralkan kembali dengan larutan HCl yang akan mengakibatkan arutan berubah warna lagi hingga bening kembali. Volum HCl yang dipakai untuk merubah warna pink menjadi warna bening kembali ini dimanfaatkan untuk menghitung kelarutan [Ca2+], [OH-], dan hasil kali konsentrasi ion-ionnya(Ksp).
          NaOH sangat besar lengan berkuasa terhadap kelarutan, lantaran NaOH merupakan larutan yang dipakai untuk melarutkan suatu larutan jenuh yaitu hidroksida Ca(OH)2 dan yang nantinya akan menghasilkan suatu kelarutan. Fungsi penambahan HCl pada larutan ialah untuk memilih konsentrasi dari larutan Ca(OH)2. Indikator PP dipakai untuk merubah warna larutan, ini dilakukan untuk mengetahui volume HCl yang dipakai untuk menetralkan kembali warna tersebut menjadi bening. Reaksi yang terjadi pada percobaan ini ialah :
Ca(OH)2(aq) <-----> Ca2+(aq) + 2 OH-(aq) ..........(1)
NaOH(aq) -----> Na+(aq) + OH-(aq) ..........(2)
reaksi ke 1 ialah reaksi yang terjadi ketika Ca(OH)2 ditambah dan dilarutkan dengan akuades. Reaksi ke 1 dan ke 2 juga merupakan reaksi yang terjadi ketika larutan Ca(OH)2 ditambahkan dengan NaOH.
          Tabel 1 memperlihatkan jumlah volume HCl yang dipakai untuk menetralkan atau merubah warna pink menjadi warna bening kembali dan setiap percobaan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Pada percobaan akuades + Ca(OH)2 didapatkan volume rata-rata HCl yang dipakai sebesar 15 ml, pada NaOH 0,1M + Ca(OH)2 sebesar 4 ml, NaOH 0,05M + Ca(OH)2 sebesar 2,6 ml, dan pada NaOH 0,025M + Ca(OH)2 sebesar 0,064 M. Dari hasil volume HCl yang dipakai ini tidak ditemukan relasi atau efek konsentrasi NaOH yang dipakai terhadap volume HCl.
          Percobaan pertama ialah melarutkan Ca(OH)2 dengan akuades dan indikator PP, menghasilkan warna pink, lalu dititrasi(dinetralkan) dengan HCl 0,1M hingga warna sempurna hilang(bening). Dalam percobaan tersebut, dibutuhkan volume rata-rata HCl sebesar 1,5 ml dan menghasilkan hasil kali kelarutan sebesar 1,35.10-5 pada Ca(OH)2. Dalam larutan tersebut terdapat adanya endapan maka larutan tersebut sanggup dikatakan jenuh atau lewat jenuh, sehingga hasil kali kelarutannya sama dengan hasil kelarutannya. Pada percobaan yang kedua, ketiga, dan keempat yaitu melarutkan Ca(OH)2 dengan NaOH 0,1M, 0,05M, dan 0,025M yang ditambahkan indikator PP lalu dititrasi hingga warnanya bening. Pada percobaan kedua(NaOH 0,1M), volume HCl rata-rata yang dipakai ialah 4 ml sedangkan kelarutan [Ca2+][OH-]2 yang didapatkan dari percobaan ini ialah sebesar 2,11.10-3 M. Pada percobaan yang ketiga(NaOH 0,025M) volume rata-rata yang dipakai ialah 3,2 ml, dengan kelarutan [Ca2+][OH-]2 yang didapatkan dari percobaan ini ialah sebesar 3,30.10-3 M. Pada percobaan ke 2,3, dan 4 ini didapatkan relasi antara konsentrasin NaOH yang dipakai dengan kelarutan [Ca2+] dan [OH-]2 yaitu semakin tinggi konsentrasi molar NaOH yang dipakai maka semakin kecil kelarutan [Ca2+] dan [OH-]2 yang didapatkan, hal ini terjadi lantaran ada efek ion sejenis pada larutan NaOH dengan Ca(OH)2.
          Harga Ksp Ca(OH)2 dalam air pada percobaan ini ialah 1,35.10-5, sedangkan Ksp teoritisnya berdasarkan data dari buku kimia dasar 2 karangan Syukri ialah 8,0.10-6. Terdapat perbedaan yang signifikan dari data rujukan dan dari hasil percobaan. Perbedaan hasil Ksp larutan ini dikarenakan oleh beberapa faktor, menyerupai kurang cermatnya praktikan dalam mengukur volume, bahan-bahan gampang teroksidasi, kurang teliti dalam pentitrasian, alat-alat yang dipakai masih belum bersih, dan kesalahan perhitungan.


V. Kesimpulan
5.1 Hasil kali kelarutan(Ksp) ialah nilai dari perkalian ion-ion dalam larutan dimana pada suhu tertentu terjadi keseimbangan antara ion-ion tersebut dengan padatan. Hasil kali kelarutan(Ksp) Ca(OH)2 pada percobaan ini ialah sebesar 1,35.10-5 sedangkan Ksp teoritisnya ialah 8,0.10-6.
a. Kelarutan(S) [Ca2+][OH-]dalam aquades = 1,35.10-5 M
b. Kelarutan(S) [Ca2+][OH-]dalam NaOH 0,1M = 2,11.10-3 M
c. Kelarutan(S) [Ca2+][OH-]dalam NaOH 0,05M = 4,99.10-3 M
d. Kelarutan(S) [Ca2+][OH-]dalam NaOH 0,025M = 3,30.10-3 M


VI. Daftar Pustaka
Azhar, S ; Atya.H.2012. Solvent Effect On The Thermodynamics Parameters Of Ca(OH)2. Journal Of Chemical Sciences. Vol 2(3) : 13-17.
Day, R.1996. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
Hwang, J.2003. The solubility Product Of PbCl2 From Electrochemical Measurement. Journal Of Chemical Education. Vol 8(9) : 117-118.
Jasjfi, E.1996. Kimia Dasar Edisi 6. Jakarta : Erlangga.
Kumar, S ; Suriah.P ; Satish.K.2010. Solubility Enchacement Of Drug By Liquid Solid Technique. International Journal Of Pharma and Biosciences. Vol 1(3) : 2-3.
Oxtoby, D.2001. Kimia Modern. Jakarta : Erlangga.
Petrucci, Ralph H.1992. Kimia Dasar Jilid II. Jakarta : Erlangga.
Svehla, G.1979. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi-mikro. Jakarta : Erlangga.


VII. Bagian Pengesahan
-


VIII. Lampiran





Belum ada Komentar untuk "Laporan Praktikum Hasil Kali Kelarutan Ca(Oh)2"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel